Siapa yang sangka kalau barista unggulan
Indonesia ini lulusan jurusan musik di Institut Kesenian Jakarta? Sebelum
akhirnya jatuh cinta dengan dunia barista, Aga benar-benar fokus dalam
mengembangkan karir band Rockabilly miliknya, bahkan sudah beberapa kali
manggung di luar Jakarta. Justru dari komitmennya dalam menghidupi band
tersebut, Aga akhirnya bekerja paruh waktu sebagai barista di Dante Coffee
Kelapa Gading.
Sepanjang tahun 2009 hingga 2012, Aga semakin
mendalami teknik meracik kopi. Dimulai dengan belajar secara otodidak lewat
internet, komunitas, dan workshop. Walau sekarang sibuk mengelola
kedai kopi S.M.I.T.H dan Harapan Djaya, tetap saja Aga masih suka jamming
session dengan teman-temanya, .
Pentingnya Koneksi
Kalau kamu bingung bagaimana caranya seorang
barista bisa jadi eksis seperti Aga dan sampai masuk ke layar lebar, jawabannya
adalah koneksi. Menurut Aga, kopi menghubungkannya dengan orang-orang influential yang
berjasa dalam perjalanan karirnya.
Seperti pertemuannya dengan Hendri Kurniawan
di sebuah kontes barista, di mana Hendri tertarik dengan kopi racikan Aga dan
menjadi mentornya. “Doi adalah teman sharing gue dan
yang merekomendasikan berbagai kafe ke gue. Makanya gue bisa sering
pindah-pindah.”
Dari koneksinya dengan Hendri, Aga juga
dipertemukan dengan Angga Dwimas
Sasongko dan ikut bergabung ke proyek Filosofi Kopi. Terkesan
nggak nyambung, tetapi perannya di Filosofi Kopi melambungkan nama
Aga dan mempermulus karirnya. “Ujung-ujungnya proses bikin usaha sendiri bakal
lebih mudah karena kenalan gue udah banyak.”
Mengharumkan Nama Indonesia di Jenjang Internasional
Salah satu kehebatan Aga adalah prestasinya
yang sudah berhasil menjadi juara berbagai kompetisi barista. Bermula sejak
tahun 2012 ketika Aga menjadi juara satu Latte Art Throwdown Competition.
Lanjut dengan Indonesian Barista Competition 2013 dengan
posisi kelima dan memulai kiprah internasionalnya melalui ASEAN Barista
Competition di posisi ketujuh.
Sampai di tahun 2018, Aga dipilih menjadi
finalis dari Indonesia untuk maju dalam kompetisi World Barista
Championship di Amsterdam. Bukan sekadar menyeduh kopi saja, Aga juga
harus mempersiapkan setiap bahan yang dibutuhkan untuk meracik espresso, cappuccino,
dan signature beverages.
Walau gagal untuk masuk ke semifinal, tetapi
prestasi Aga masih sangat membanggakan untuk bisa memperlihatkan kemampuannya
sebagai barista dan menunjukkan cita rasa luar biasa dari biji kopi lokal.
“Tapi tidak apa-apa, setidaknya saya dapat pengalamannya, dapat ilmunya, dapat
temannya, dapat banyak hal, lah.”
Lebih dari Secangkir Kopi
Teknik saja nggak cukup untuk bisa meracik
secangkir kopi yang nikmat. Filosofi kopi dari Aga adalah untuk mengenal hingga
ke akarnya. Seperti kebiasaan travelling Aga ke kebun kopi, di
Indonesia dan luar negeri, sambil berbincang dengan petani kopi di sana. Dengan
begitu, Aga bisa melihat permasalahan yang ada dan memberikan input-nya
kepada petani kopi agar bisa memproduksi biji kopi seperti yang ia mau.
“Kopi itu, value-nya banyak, ya.
Saya kenal banyak orang juga dari kopi, saya hidup dari situ.” Jadi, next
time lo ngopi bareng, coba resapi pahitnya kopi dengan manisnya
koneksi bersama teman-teman kamu.
It’s not just a cup of coffee!
MLDSPOT
It’s not just a cup of coffee!
MLDSPOT
No comments:
Post a Comment