Yuk, ngobrol lebih jauh sama Yulin!
Dari Menulis Jadi Paham
“Pekerjaan menuntut gue untuk tahu dan menguasai segala hal tentang kopi. Jadi, mau nggak mau harus tahu,” kenang Yulin menceritakan awal mula dekat dengan industri kopi. Pada masa itu, tahun 2015, informasi mengenai kopi belum semarak sekarang. Maka, mantan penyiar radio ini pun harus menggali lebih banyak mengenai kopi dari sumber literasi luar.
Sebenarnya, kalau diingat-ingat, Yulin sudah berhadapan dengan dunia
kopi sejak lama. Ayah dan ibunya punya kebun kopi di kampung. Jadi,
semasa kecil, ia kerap menghabiskan waktu bermain di halaman kebun kopi
keluarganya. Kakek dan nenek Yulin dulu hobi me-roasting kopi
hasil panen di kebun belakang rumah. Mereka memakai alat sangrai
tradisional, ditubruk, kemudian dikasih gula. “Gue ingat, kalau rasanya
enak, gue bisa minum kopi tubruk sampai habis satu gelas,” kenang Yulin.
Kemudian sejak SMP, Yulin menjadikan kopi sebagai minuman ritual kalau
mau ujian. “Belajar sampai lewat tengah malam, supaya nggak ngantuk, ya
minum kopi solusinya. Tapi, dulu minumnya kopi instan,” tambahnya lagi.
Bekerja di industri kopi membuatnya belajar A-Z tentang kopi.
Istilahnya, perjalanan kopi dari hulu ke hilir wajib dipelajari. Dari
situlah Yulin jadi tahu, kopi yang baik dikonsumsi itu harusnya seperti
apa. Pengetahuan itu ikut mempengaruhi pandangannya terhadap jenis kopi
yang dia minum. “Kalau kopi yang diminum orang lain, ya terserahlah ya.
Itu kan masalah selera, hehe,” kekehnya.
Mewawancarai Para Maestro Kopi
Bekerja di Otten Coffee, yang merupakan salah satu produsen dan
distributor mesin kopi, Yulin pun harus paham tentang spesifikasi mesin.
Ia membantu menuliskan deskripsi alat-alat kopi, mesin-mesin espresso,
perbandingan alat-alat kopi tertentu, termasuk review-nya. Tentu saja, nggak hanya mesin kopi, Yulin juga menulis tentang filosofi kopi itu sendiri. Tren terbaru, berita terbaru, event kopi,
resep kopi (yang sebagian besar sebenarnya hasil eksperimen
iseng-isengnya Yulin), ulasan kedai kopi, termasuk wawancara dengan
tokoh-tokoh kopi yang dianggapnya menarik.
“Tipe tulisan yang paling gue senangi adalah hasil wawancara dengan
tokoh-tokoh kopi, ya. Karena itu seperti sedang berguru dan belajar
dengan orang yang berbeda. Gue bisa dapat banyak pengetahuan dan wawasan
baru dari mewawancarai orang-orang tersebut,” cerita Yulin.
Juara barista dunia dan tokoh-tokoh penting dalam industri kopi nggak luput dari bidikan cerita Yulin. Dua yang berkesan adalah Darrin Daniel dan Dale Harris. Darrin Daniel adalah mantan green buyer Stumptown Coffee Roasters yang sekarang menjabat sebagai Executive Director Alliance for Coffee Excellence (organisasi yang menyelenggarakan Cup of Excellence).
“Mewawancarai Darrin ini seperti lagi wawancara profesor. Selain bahasa
yang digunakannya sangat intelek dan bagus untuk otak gue, beliau juga
memberikan banyak sekali wawasan baru. Beliau juga menjelaskan tentang
kenyataan-kenyataan pelik sehubungan dengan rantai industri kopi yang
ternyata nggak sesederhana wacana di artikel-artikel umum,” ungkap
Yulin.
Dale Harris adalah juara World Barista Championship 2017. Menurut
pengakuan Yulin, mewawancarai Dale benar-benar nggak terlupakan. Sosok
Dale hadir dengan segudang ide yang mendobrak “norma dan kebiasaan kopi
(spesialti)” selama ini. “Ngobrol dengan Dale, seperti membuat gue
sedang belajar ilmu Kimia, dan kembali lagi ke sekolah. Soalnya
penjelasan Dale di wawancara penuh dengan gagasan-gagasan ilmiah!” jelas
Yulin bersemangat.
Tentang Kopi dan Rasa-rasanya
Ada yang mendewakan kopi X, ada juga yang menganggap kopi Y adalah kopi
terbaik. Bagi Yulin, persoalan istimewa adalah soal selera. Ia sendiri
mengaku menyukai kopi dari Ethiopia, karena biasanya disajikan dengan
seduh manual. “Cita rasa kopi ini umumnya fruity, sweet, dan wangi floral. Gue nggak terlalu suka kopi-kopi pahit yang terlalu pekat—saat di-pour over.
Kalau dari Indonesia, gue suka kopi-kopi Gayo yang diproses sama Bang
Hendra Maulizar atau kopi Puntang, Jawa Barat,” ceritanya.
Pengolahan kopi adalah soal selera dan jenis kopinya. Ada origin kopi tertentu yang lebih enak diseduh dengan metode pour over, ada
yang lebih enak kalau ditubruk, ada juga jenis tertentu yang lebih pas
jika dibikin espresso. “Nggak ada aturan khusus kok untuk menentukan
cara pengolahan kopi terbaik atau jenis kopi paling enak,” terang Yulin.
Mengedukasi Orang Tentang Kopi
Ada perdebatan hangat tentang cara menikmati kopi. Sebagian orang
menyukai cita rasa kopi yang alami, sehingga kopi mesti disajikan hitam,
kental, pahit, dan pekat. Namun, sebagian yang lain berpandangan bahwa
biji kopi bisa diolah menjadi berbagai minuman yang lebih bervariasi,
misalnya seperti es kopi susu.
Menurut pandangan Yulin pribadi, penambahan gula ke dalam kopi bisa
menggerus cita rasa otentik dalam biji kopi. Setiap barista sudah punya effort menakar rasio yang pas untuk mengeluarkan semua karakter dan rasa kopinya. Para roaster juga sudah menghitung roasting profile yang
pas untuk mengeluarkan karakter di biji kopi. Jadi, kopi yang sampai ke
lo itu sebenarnya adalah sebuah hasil karya dari perjalanan panjang
banyak orang di rantai industri kopi.
Coba deh bayangkan ketika masterpiece itu ditambahi gula yang akhirnya menghasilkan rasa manis yang overpowering. “Sebenarnya, ada banyak pilihan origin dan metode brewing kopi yang bisa dipilih untuk mentoleransi lidah lo yang mungkin kurang suka dengan pahitnya kopi. Tinggal tanya atau konsultasi sama baristanya aja enaknya gimana,” papar Yulin.
Sejauh ini, Yulin sudah pernah mengunjungi berbagai perkebunan kopi di
Indonesia, mulai dari wilayah Dataran Tinggi Gayo (Aceh Tengah dan Bener
Meriah), Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kerinci, Kabupaten Tana Toraja
dan Kabupaten Toraja Utara.
Sebelum menutup percakapan, Yulin sempat menghaturkan harapan supaya
industri kopi lebih berkembang di segala lini, terutama di daerah-daerah
penghasil kopi di wilayah terpencil, atau di bagian Indonesia Timur.
“Harapan gue singkat, yaitu keadilan sosial bagi pelaku industri kopi di
seluruh wilayah Indonesia,” tutupnya.
Buat kamu yang masih penasaran dengan cerita Yulin, bisa cek feed-nya di @yvlin! Selain itu, pada tahun 2016 lalu, Yulin dan rekan penulisnya Mustika Yuliandri meluncurkan buku “Seduh: Seni Meracik Kopi”,
buku tentang metode seduh manual pertama yang ditulis dalam bahasa
Indonesia. Di buku ini, ada 22 metode menyeduh kopi dengan berbagai alat
manual, beserta penjelasan historis yang melatarbelakangi penciptaan
alat tersebut. Go check it out, Bro!
No comments:
Post a Comment